Selasa, 09 April 2013

Pengenalan Cyber War



1.  Pengertian Cyber Warfare

Cyber warfare merupakan perang yang sudah mengunakan jaringan komputer dan internet atau dunia maya cyber space dalam bentuk strategi pertahanan atau penyerangan sistem informasi strategi lawan.
Richard A. Clark, seorang ahli dibidang keamanan pemerintahan dalam bukunya Cyber War (Mei 2010), mendefinisikan Cyber War sebagai aksi penetrasi suatu negara terhadap jaringan komputer lain dengan tujuan menyebabkan kerusakan dan gangguan. Majalah The Economist menjelaskan bahwa cyber war adalah domain kelima dari perang, setelah darat, laut, udara dan ruang angkasa. 

Cyber warfare juga dikenal sebagai perang cyber mengacu pada penggunaan world wide web dan komputer untuk melakukan perang di dunia maya. Walaupun terkadang relatif minimal dan ringan,  sejauh ini perang cyber berpotensi menyebabkan kehilangan secara serius dalam sistem data dan informasi, kegiatan militer dan gangguan layanan lainnya, cyber warfare berarti dapat menimbulkan seperti risiko bencana di seluruh dunia. 



2.  Metode Penyerangan Cyber War

a.  Pengumpulan Informasi
Spionase cyber merupakan bentuk aksi pengumpulan informasi bersifat rahasia dan sensitif  dari individu, pesaing, rival, kelompok lain  pemerintah dan musuh baik dibidang militer, politik, maupun ekonomi. Metode yang digunakan  dengan cara eksploitasi secara ilegal melalui internet, jaringan, perangkat lunak dan atau komputer negara lain. Informasi rahasia yang tidak ditangani dengan keamanan menjadi sasaran untuk dicegat dan bahkan diubah.

b.  Vandalism
Serangan yang dilakukan sering dimaksudkan untuk merusak halaman web (Deface), atau menggunakan serangan denial-of-service yaitu merusak sumberdaya dari komputer lain . Dalam banyak kasus hal ini dapat dengan mudah dikembalikan. Deface sering dalam bentuk propaganda. Selain penargetan situs dengan propaganda, pesan politik dapat didistribusikan melalui internet via email, instant messges, atau pesan teks.

c.  Sabotase
Sabotase merupakan kegiatan Militer yang menggunakan komputer dan satelit untuk mengetahui koordinat lokasi dari peralatan musuh yang memiliki resiko tinggi jika mengalami gangguan. Sabotase dapat berupa penyadapan Informasi dan gangguan peralatan komunikasi sehingga sumber energi, air, bahan bakar, komunikasi, dan infrastruktur transportasi semua menjadi rentan terhadap gangguan.  Sabotase dapat berupa software berbahaya yang tersembunyi  dalam hardware komputer.

d.  Serangan Pada jaringan Listrik
Bentuk serangan dapat berupa pemadaman jaringan listrik sehingga  bisa mengganggu perekonomian, mengalihkan perhatian terhadap serangan militer lawan yang berlangsung secara simultan, atau mengakibat trauma nasional. Serangan dilakukan menggunkan program sejenis trojan horse untuk mengendalikan infrastruktur kelistrikan.
Pemerintah federal Amerika Serikat mengakui bahwa transmisi tenaga listrik rentan terhadap  Cyber War. 
Departemen Keamanan Dalam Negeri  Amerika Serikat berusaha mengidentifikasi kerentanan dan membantu industri dalam meningkatkan keamanan sistem kontrol  jaringan listriknya. Pemerintah federal juga bekerja untuk memastikan bahwa jaringan  listrik yang dikembangkan telah menerapkan teknologi “smart grid”  sejak bulan April 2009 lalu. Mantan pejabat kemanan nasional Amerika Serikat melaporkan bahwa Cina dan Rusia pernah menyusup ke jaringan listik AS dan meningglkan program aplikasi yang dapat mengganggu sistem. The North American Electric Reliability Corporation (NERC) juga melaporkannya ke publik dan memperingatkan bahwa jaringan listrik tidak aman terhadap serangan Cyber War. Namun, Cina menyangkal atas berbagai tuduhan penyusupan tersebut.
Kenyataan bahwa cyber warfare menjadi mandala perang baru sudah didepan kita semua.    Penyerangan secara terbatas telah terjadi berkali-kali oleh beberapa negara, kondisi ini dapat  juga diasumsikan sebagai uji coba, namun peperangan yang sesungguhnya dan jauh lebih besar telah dipersiapkan.   Daftar trend ancaman serangan cyber disajikan dalam urutan kecanggihan, dan sesuai dengan urutan kronologis kejadian pada  jaringan komputer yang digunakan antara tahun 1990-an sampai 2008.
·         Internet social engineering attacks.
·         Network sniffers.
·         Packet spoofing.
·         Hijacking sessions.
·         Automated probes and scans.
·         GUI intruder tools.
·         Automated widespread attacks.
·         Widespread denial-of-service attacks.
·         Executable code attacks (against browsers).
·         Techniques to analyse code with Vulnerabilities without source.
·         Widespread attacks on DNS infrastructure.
·         Widespread attacks using NNTP to distribute attack.
·         “Stealth” and other advanced scanning techniques.
·         Windows-based remote controllable Trojans (Back Orifice).
·         Email propagation of malicious code.
·         Wide-scale Trojan distribution.
·         Distributed attack tools.
·         Distributed denial of service (DDoS) attacks.
·         Targeting of specific users.
·         Anti-forensic techniques
·         Wide-scale use of worms.
·         Sophisticated command and control attacks.
Trend ancaman serangan cyber akan berkembang terus sesuai perkembangan teknologi informasi, oleh karenanya perlu melakukan riset terus-menerus untuk mampu mengatasi berbagai teknik, taktik dan, strategi penyerangan cyber yang akan terus berkembang.
  


3.  Mengantisipasi Cyber War
Sistem internet secara strategis bersifat sangat rentan terhadap gangguan atau serangan, namun merupakan investasi yang menarik  dan diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan, sangat sulit mempertahankan diri dari serangan dan gangguan, sehingga perlu persiapan, kewaspadaan dan pertahanan berlapis. Penyerangan dapat dilakukan dari negara lain, dan dapat dilakukan oleh non-state actor.  
Adapun taktik dan strategi yang digunakan dapat berupa spionase, propaganda, menghentikan operasional internet, memodifikasi data, dan memanipulasi infrastruktur, serta akan terus berkembang, semua ini akan sangat merugikan dan melemahkan sendi-sendi kehidupan negara.





Menghadapi era Cyber War  yang sudah didepan mata, maka tidak tepat jika pemerintah melepas begitu saja kepada kemampuan mekanisme pasar, namun pemerintah perlu memikirkan dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk melindungi pengguna internet dalam negeri.    Infrastruktur berupa fasilitas komputer super, media broadband dan sumber daya manusia yang mumpuni perlu disiapkan oleh pemerintah, jika tidak ingin sistem internet dan ethernet nasional dikacaukan oleh pihak lain pada suatu saat.  Cyber War tidak hanya terbatas pada kelompok militer, cyber war bisa dalam bentuk kecil dalam suatu negara atau antarnegara.  Di sinilah perlunya awareness nasional harus disebarluaskan dan ditumbuhkan.


AS sebagai negara yang memiliki kemampuan finansial dan menguasai teknologi tinggi, telah mempersiapkan diri menghadapi  cyber war  dengan membangun dalam jumlah banyak komputer super berkemampuan sangat tinggi, media broadband (fiber optic, satelit) dan menyiapkan sumber daya manusia berkualitas.    Mungkin AS dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mengembangkan kemampuan.   Hasil test terakhir lima besar komputer super berkemampuan sangat  tinggi dengan Rmax dan Rpeak yang dinilai dengan ukuran Tera Flops/ 1012 Flops (FLoating point Operations Per Second), nomor 1 sampai 3 diduduki komputer US.     Power data diukur dalam KW untuk seluruh sistem.




Jaguar – Cray XT5-HE Opteron Six Core 2.6 GHz, Cray Inc. super computer berkemampuan sangat  tinggi milik US, merupakan infrastruktur yang dapat digunakan untuk melakukan manouver spionase, propaganda, menghentikan operasional internet, memodifikasi data, dan memanipulasi infrastruktur, secara menyakinkan jauh meninggalkan kemampuan negara-negara lain, terlebih yang tidak memiliki komputer super.
Agar pertahanan menjadi handal dapat diambil kesimpulan bahwa diperlukan suatu kekuatan “prajurit cyber” yang terdiri dari orang-orang yang sangat terampil dan ahli dalam seni Cyber War.   Pemerintah, militer, penegak hukum, inteljen, sektor swasta dan hacker perlu mengambil inisiatif untuk melatih orang-orang mereka di bidang perang cyber.    Ketrampilan yang diperlukan oleh prajurit-prajurit cyber meliputi bermacam-macam  keahlian, namun keterampilan kunci meliputi : keamanan informasi, hacking, spionase, dan komputer forensik.    Kenyataan bahwa penting  memperoleh sistem informasi dalam peperangan cyber, hal ini menunjukkan bahwa keamanan informasi menjadi kunci sukses dari sebuah konflik atau bahkan perang.   Perang cyber telah menjadi perhatian  dunia, kondisi ini telah mempengaruhi perkembangan tentara di banyak negara dan pengembangan teknologi senjata.    Disamping tentara cyber, infrastruktur broadband dan komputer super dengan segala pendukungnya perlu disiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan cyber war yang akan terjadi, tanpa infrastruktur yang memadahi maka kita tidak akan mampu berbuat apa-apa jika diserang dan, apakah kita hanya menunggu setelah kejadian baru mempersiapkan segala sesuatunya.    Banyak negara telah menyadari bahwa era cyber war telah dimulai dan mereka berlomba mempersiapkan diri dengan membentuk Cyber SecurityOperations Centre (CSOC) dengan segala perangkat pendukungnya.


Sumber:
Artikel Berhubungan:
 



1 komentar: