1. Pengertian Cyber Warfare
Cyber warfare merupakan perang yang sudah mengunakan jaringan komputer dan internet atau dunia maya cyber space dalam bentuk strategi pertahanan atau penyerangan sistem informasi strategi lawan.
Richard A. Clark, seorang ahli dibidang keamanan pemerintahan dalam bukunya Cyber War (Mei 2010), mendefinisikan Cyber War sebagai aksi penetrasi suatu negara terhadap jaringan komputer lain dengan tujuan menyebabkan kerusakan dan gangguan. Majalah The Economist menjelaskan bahwa cyber war adalah domain kelima dari perang, setelah darat, laut, udara dan ruang angkasa.
Cyber warfare juga dikenal sebagai perang cyber mengacu pada penggunaan world wide web dan komputer untuk melakukan perang di dunia maya. Walaupun terkadang relatif minimal dan ringan, sejauh ini perang cyber berpotensi menyebabkan kehilangan secara serius dalam sistem data dan informasi, kegiatan militer dan gangguan layanan lainnya, cyber warfare berarti dapat menimbulkan seperti risiko bencana di seluruh dunia.
2.
Metode Penyerangan Cyber War
a.
Pengumpulan Informasi
Spionase cyber merupakan bentuk aksi pengumpulan informasi
bersifat rahasia dan sensitif dari individu, pesaing, rival, kelompok
lain pemerintah dan musuh baik dibidang militer, politik, maupun ekonomi.
Metode yang digunakan dengan cara eksploitasi secara ilegal melalui
internet, jaringan, perangkat lunak dan atau komputer negara lain. Informasi
rahasia yang tidak ditangani dengan keamanan menjadi sasaran untuk dicegat dan
bahkan diubah.
b.
Vandalism
Serangan yang dilakukan sering dimaksudkan untuk merusak
halaman web (Deface), atau menggunakan serangan denial-of-service
yaitu merusak sumberdaya dari komputer lain . Dalam banyak kasus hal ini dapat
dengan mudah dikembalikan. Deface sering dalam bentuk propaganda. Selain
penargetan situs dengan propaganda, pesan politik dapat didistribusikan melalui
internet via email, instant messges, atau pesan teks.
c.
Sabotase
Sabotase merupakan kegiatan Militer yang menggunakan
komputer dan satelit untuk mengetahui koordinat lokasi dari peralatan musuh
yang memiliki resiko tinggi jika mengalami gangguan. Sabotase dapat berupa
penyadapan Informasi dan gangguan peralatan komunikasi sehingga sumber energi,
air, bahan bakar, komunikasi, dan infrastruktur transportasi semua menjadi
rentan terhadap gangguan. Sabotase dapat berupa software berbahaya yang
tersembunyi dalam hardware komputer.
d.
Serangan Pada jaringan Listrik
Bentuk serangan dapat berupa pemadaman jaringan listrik
sehingga bisa mengganggu perekonomian, mengalihkan perhatian terhadap
serangan militer lawan yang berlangsung secara simultan, atau mengakibat trauma
nasional. Serangan dilakukan menggunkan program sejenis trojan horse
untuk mengendalikan infrastruktur kelistrikan.
Pemerintah federal Amerika Serikat mengakui bahwa transmisi
tenaga listrik rentan terhadap Cyber War.
Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat
berusaha mengidentifikasi kerentanan dan membantu industri dalam meningkatkan
keamanan sistem kontrol jaringan listriknya. Pemerintah federal juga
bekerja untuk memastikan bahwa jaringan listrik yang dikembangkan telah
menerapkan teknologi “smart grid” sejak bulan April 2009 lalu. Mantan
pejabat kemanan nasional Amerika Serikat melaporkan bahwa Cina dan Rusia pernah
menyusup ke jaringan listik AS dan meningglkan program aplikasi yang dapat
mengganggu sistem. The North American Electric Reliability Corporation (NERC)
juga melaporkannya ke publik dan memperingatkan bahwa jaringan listrik tidak
aman terhadap serangan Cyber War. Namun, Cina menyangkal atas berbagai tuduhan
penyusupan tersebut.
Kenyataan bahwa cyber warfare menjadi mandala perang baru
sudah didepan kita semua. Penyerangan secara terbatas telah
terjadi berkali-kali oleh beberapa negara, kondisi ini dapat juga
diasumsikan sebagai uji coba, namun peperangan yang sesungguhnya dan jauh lebih
besar telah dipersiapkan. Daftar trend ancaman serangan cyber
disajikan dalam urutan kecanggihan, dan sesuai dengan urutan kronologis
kejadian pada jaringan komputer yang digunakan antara tahun 1990-an
sampai 2008.
·
Internet social engineering attacks.
·
Network sniffers.
·
Packet spoofing.
·
Hijacking sessions.
·
Automated probes and scans.
·
GUI intruder tools.
·
Automated widespread attacks.
·
Widespread denial-of-service
attacks.
·
Executable code attacks (against
browsers).
·
Techniques to analyse code with
Vulnerabilities without source.
·
Widespread attacks on DNS
infrastructure.
·
Widespread attacks using NNTP to
distribute attack.
·
“Stealth” and other advanced
scanning techniques.
·
Windows-based remote controllable
Trojans (Back Orifice).
·
Email propagation of malicious code.
·
Wide-scale Trojan distribution.
·
Distributed attack tools.
·
Distributed denial of service (DDoS)
attacks.
·
Targeting of specific users.
·
Anti-forensic techniques
·
Wide-scale use of worms.
·
Sophisticated command and control
attacks.
Trend ancaman serangan cyber akan berkembang terus sesuai
perkembangan teknologi informasi, oleh karenanya perlu melakukan riset
terus-menerus untuk mampu mengatasi berbagai teknik, taktik dan, strategi
penyerangan cyber yang akan terus berkembang.
3.
Mengantisipasi Cyber War
Sistem internet secara strategis
bersifat sangat rentan terhadap gangguan atau serangan, namun merupakan
investasi yang menarik dan diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan, sangat
sulit mempertahankan diri dari serangan dan gangguan, sehingga perlu persiapan,
kewaspadaan dan pertahanan berlapis. Penyerangan dapat dilakukan dari negara
lain, dan dapat dilakukan oleh non-state actor.
Adapun taktik dan strategi yang
digunakan dapat berupa spionase, propaganda, menghentikan operasional internet,
memodifikasi data, dan memanipulasi infrastruktur, serta akan terus berkembang,
semua ini akan sangat merugikan dan melemahkan sendi-sendi kehidupan negara.
Menghadapi era Cyber War yang
sudah didepan mata, maka tidak tepat jika pemerintah melepas begitu saja kepada
kemampuan mekanisme pasar, namun pemerintah perlu memikirkan dan mempersiapkan
segala sesuatunya untuk melindungi pengguna internet dalam negeri.
Infrastruktur berupa fasilitas komputer super, media broadband dan sumber daya
manusia yang mumpuni perlu disiapkan oleh pemerintah, jika tidak ingin sistem
internet dan ethernet nasional dikacaukan oleh pihak lain pada suatu
saat. Cyber War tidak hanya terbatas pada kelompok militer, cyber war
bisa dalam bentuk kecil dalam suatu negara atau antarnegara. Di sinilah
perlunya awareness nasional harus disebarluaskan dan ditumbuhkan.
AS sebagai negara yang memiliki
kemampuan finansial dan menguasai teknologi tinggi, telah mempersiapkan diri
menghadapi cyber war dengan membangun dalam jumlah banyak komputer
super berkemampuan sangat tinggi, media broadband (fiber optic, satelit) dan
menyiapkan sumber daya manusia berkualitas. Mungkin AS dapat
dijadikan sebagai rujukan untuk mengembangkan kemampuan. Hasil test
terakhir lima besar komputer super berkemampuan sangat tinggi dengan Rmax
dan Rpeak yang dinilai dengan ukuran Tera Flops/ 1012 Flops (FLoating point
Operations Per Second), nomor 1 sampai 3 diduduki komputer
US. Power data diukur dalam KW untuk seluruh sistem.
Jaguar – Cray XT5-HE Opteron Six
Core 2.6 GHz, Cray Inc. super computer berkemampuan sangat tinggi milik
US, merupakan infrastruktur yang dapat digunakan untuk melakukan manouver
spionase, propaganda, menghentikan operasional internet, memodifikasi data, dan
memanipulasi infrastruktur, secara menyakinkan jauh meninggalkan kemampuan
negara-negara lain, terlebih yang tidak memiliki komputer super.
Agar pertahanan menjadi handal dapat
diambil kesimpulan bahwa diperlukan suatu kekuatan “prajurit cyber” yang
terdiri dari orang-orang yang sangat terampil dan ahli dalam seni Cyber War.
Pemerintah, militer, penegak hukum, inteljen, sektor swasta dan hacker
perlu mengambil inisiatif untuk melatih orang-orang mereka di bidang perang
cyber. Ketrampilan yang diperlukan oleh prajurit-prajurit cyber
meliputi bermacam-macam keahlian, namun keterampilan kunci meliputi :
keamanan informasi, hacking, spionase, dan komputer forensik.
Kenyataan bahwa penting memperoleh sistem informasi dalam peperangan
cyber, hal ini menunjukkan bahwa keamanan informasi menjadi kunci sukses dari
sebuah konflik atau bahkan perang. Perang cyber telah menjadi perhatian
dunia, kondisi ini telah mempengaruhi perkembangan tentara di banyak negara dan
pengembangan teknologi senjata. Disamping tentara cyber,
infrastruktur broadband dan komputer super dengan segala pendukungnya perlu
disiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan cyber war yang akan terjadi,
tanpa infrastruktur yang memadahi maka kita tidak akan mampu berbuat apa-apa
jika diserang dan, apakah kita hanya menunggu setelah kejadian baru
mempersiapkan segala sesuatunya. Banyak negara telah menyadari
bahwa era cyber war telah dimulai dan mereka berlomba mempersiapkan diri dengan
membentuk Cyber SecurityOperations Centre (CSOC) dengan segala perangkat
pendukungnya.
Sumber:
- Kol Lek Noor Pramadi, Mandala Perang Baru “Cyber Warfare” Sudah Dimulai !!!
- Browser China ‘Tembak’ Perusahaan Amerika, http://www.namadomain.com/, Feb 2010.
- Cyber Warfare: Strategy & Tactics, Kenneth Geers, http://www.internetevolution.com/, Feb 2010.
- Cyberwarfare, http://en.wikipedia.org/, Feb 2010.
- Hacker Menyerang Situs Pemerintahan Georgia, http://www.erakomputer.com/, Feb 2010.
- List of cyber attack threat trends, http://en.wikipedia.org/wiki/, Feb 2010.
- Network-2, http://expertvoices.nsdl.org/cornell-info204/files/2008/02/network2.jpg, Feb 2010.
- TOP-500 List – November 2009, http://www.top500.org/, Feb 2010.
Artikel Berhubungan:
mantaff pak
BalasHapus